tata cara melukat di tirta empul
Sudarsamengungkapkan tingkat kunjungan di Tirta Empul akan cukup padat mendekati hari-hari besar Hindu. Namun kepadatan pengunjung untuk melakukan tradisi melukat tidak membuat air dalam kolam Tirta Empul hilang kejernihannya. Kepercayaan dan tradisi inilah yang membuat Tirta Empul memiliki ciri khas tersendiri.
Rasakanlahkesegaran airnya di Pura Tirta Empul.Tirta Empul, yang dalam bahasa Bali berarti air yang menyembur keluar dari dalam tanah, merupakan mata air suci yang kini menjadi bagian dari kawasan tempat peribadatan umat Hindu Bali dengan nama yang sama yaitu Pura Tirta Empul. Mata air yang berlokasi di dataran tinggi yang sejuk, tepatnya di
Pembersihanpikiran, jiwa dan badan kita dengan melukat.
Ritualmelukat dilakukan dengan cara mandi atau mengguyur tubuh seseorang dengan mata air. Karena hal tersebut, melukat juga disebut dengan ritual mandi suci. Terdapat tujuh jenis upacara melukat, yaitu melukat astapungku untuk membersihkan dan menyucikan malapetaka akibat pengaruh hari kelahiran dan Tri Guna (Satwam, Rajas, Tamas) yang tidak
tempatmelukat di ubud. Pulau Bali mempunyai banyak pura dengan arsitektur dan budaya Hindu yang selalu mampu menarik perhatian banyak wisatawan untuk berkunjung dan mengenal lebih jauh keunikannya. Salah satu pura yang paling banyak dikunjungi para turis belakangan ini adalah Tirta Empul, sebuah pura yang berlokasi di Tam .. 5 / 10 Reviews.
Männer Die Mit Allen Frauen Flirten. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat pepuler dimata wisatawan baik domestik maupun mancanegara, dimana banyak wisatawan yang berbondong – bondong datang ke Bali hanya untuk melihat dan menikmati keindahan Pulau Bali. Selain kebudayaan, daya Tarik wisata juga berperan penting dalam menarik minat wisatawan untuk datang ke Bali. Daya tarik wisata adalah suatu tempat yang memiliki suatu keunikan yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Terdapat berbagai macam jenis daya tarik wisata mulai dari daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata alam, daya tarik wisata minat khusus dan daya tarik wisata buatan. Di era sekarang daya tarik wisata yang paling banyak diminati khususnya oleh wisatawan asing adalah daya tarik wisata budaya, yang mana didalamnya terdapat begitu banyak adat dan tradisi masyarakat setempat. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang daya Tarik wisata yang sedang hits di bali saat ini yaitu, Tradisi melukat di Pura Tirta Empul. Melukat adalah salah satu budaya yang sudah melekat pada masyarakat Bali khususnya bagi umat Hindu. Dimana melukat merupakan kegiatan dengan tujuan untuk menyucikan diri dan pikiran dengan menggunakan sarana air. Tirta Empul merupakan tempat melukat yang sudah dikenal oleh wisatawan baik itu wisatawan domestik ataupun internasional. Pura Tirta Empul berlokasi di Jl. Tirta, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. Pura Tirta Empul ini juga berdekatan dengan Istana Presiden Tampaksiring. Sejarah dari Pura Tirta Empul yaitu dikisahkan terdapat seorang raja bernama Raja Mayadanawa yang memiliki kesaktian luar biasa dimana dia menganggap dirinya sebagai Dewa. Dia melarang rakyatnya untuk menyembah Tuhan dengan segala manifestasinya ,karena ia merasa tidak ada yang mampu menandingi kekuatan yang dimilikinya. Setelah perbuatan buruk Mayadanawa diketahui oleh para Dewa maka para Dewa yang dipimpin langsung oleh Dewa Indra menyerang Mayadanawa. Untuk mengalahkan pasukan Dewa Indra, Raja Mayadanawa menciptakan sebuah mata air cetik/racun dengan tujuan melenyapkan pasukan Dewa Indra. Ternyata taktik dari Mayadanawa berhasil, pasukan yang kelelahan akhirnya meminum air dari mata air yang diciptakan oleh Mayadanawa yang menyebabkan mereka sakit bahkan meninggal. Dewa Indra yang melihat pasukannya tersebut langsung menciptakan mata air sebagai penangkal dari racun yang diciptakan Mayadanawa dengan menancapkan tombaknya. Sehingga pasukan Dewa Indra dapat tersembuhkan dan mampu kembali memerangi Mayadanawa. Begitulah singkat cerita dari asal mula air suci yang ada di Pura Tirta Empul. Nama Tirta Empul itu sendiri awalnya diberi nama “Tirta Ri Air Hampul” yang kemudian menjadi Tirta Empul yang artinya Petirtaan yang mengepul, begitulah pernyataan dari Dewa Gede Mangku Wenten selaku Jero Mangku di Pura Tirta Empul. Hari piodalan atau upacara piodalan di Pura Tirta Empul jatuh pada purnama Kapat. Akses menuju Pura Tirta Empul cukup mudah untuk dijangkau dimana dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor ataupun mobil. Terdapat dua tempat untuk parkir, yaitu atas dan bawah. Tempat parkir bagian atas sebagian besar digunakan bagi sepeda motor, sedangkan parkir bagian bawah dapat digunakan untuk parkir kendaraan roda dua dan roda empat. Untuk dapat memasuki Kawasan Pura Tirta Empul, kita harus membayar tiket masuk atau karcis seharga Rp. 2000 per kendaraan. Hal yang paling penting dan diutamakan sebelum memasuki area suci pura adalah menggunakan kamen dan selendang. Bagi wisatawan yang datang dan ingin memasuki area suci pura namun tidak membawa kamen dan selendang, pengelola Pura sudah menyediakan kamen dan selendang disana. Fasilitas didalamnya pun sudah memadai seperti toilet, loker, dan tempat berganti pakaian. Untuk penyewaan loker dikenakan biaya sebesar Rp. per loker. Tahap awal penglukatan di Pura Tirta Empul dimulai dengan melakukan persembahyangan didekat kolam pengelukatan, baru setelah itu memasuki kolam dan melakukan penglukatan pada pancoran satu – persatu. Disana terdapat jumlah total 33 pancoran sesuai dengan jumlah urip di setiap arah mata angin menurut kepercayaan masyarakat Bali, terutama umat Hindu. Sebelum membasahi kepala dengan air pancoran para penglukat biasanya mencakupkan tangan terlebih dahulu sambil mengucapkan doa baru kemudian menundukkan kepala dan membasahi badan dengan air pancoran yang terasa sangat segar. Namun dari 33 jumlah pancoran yang terdapat di Pura Tirta Empul ini, terdapat 2 pancoran yang tidak boleh digunakan untuk melukat oleh para pemedek atau pengunjung yaitu tirta pengentas dan tirta pabersihan yang letaknya pada pancoran nomor 2 dan 3 dari sebelah timur pada kolam pertama. Mengapa pancoran Tirta Pengentas dan pabersihan ini tidak boleh digunakan oleh para pemedek biasa? Hal ini disebabkan karena tirta tersebut hanya diperuntukan untuk upacara Pitra Yadnya. Setelah selesai melukat, para pemedek dapat langsung berganti pakaian menggunakan pakaian adat lengkap yang kemudian dapat melanjutkan persembahyangan ke Jeroan atau area utama Pura. Hal yang paling diperhatikan sebelum memasuki area utama pura ini adalah mengikat rambut bagi pemedek perempuan. Selain itu terdapat peraturan lain di pura tirta empul yaitu tidak diperkenankan masuk jika Tidak berpakaian adat atau tidak memakai selendang atau sarung Memakai celana pendek Bagi wanita yang sedang haid tidak diperkenankan naik di sekitar bangunan suci. Menurut salah satu wisatawan asing yang sedang berkunjung ke pura Tirta Empul, yang bernama Mariela dan Feredigo berpendapat “This Temple is very nice, very unique with holy water. We are amazed with the nature of this temple. We are so excited to try entering the water”. Mereka memang berencana untuk mengunjungi Pura Tirta Empul ini karena melihat informasinya melalui internet. Mereka tertarik untuk dapat melihat secara langsung keindahan serta keunikan yang terdapat di Pura Tirta Empul ini. Pura Tirta Empul saat ini sedang melakukan pengembangan sebagai daya Tarik wisata dengan pembangunan sebuah patung yang terbuat dari rotan yang menyerupai sebuah wajah. Hal ini mampu menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke Pura Tirta Empul tersebut. Informasi berbagai hal, termasuk daya Tarik wisata yang ada di Bali seperti Pura Tirta Empul ini contohnya sangat mudah didapatkan melalui media internet. Tidak hanya hal baik melainkan juga permasalahan-permasalahan di masyarakat seperti yang baru-baru ini terjadi yang berkaitan dengan Pura Tirta Empul itu sendiri yakni kasus saber pungli yang melibatkan perdebatan antara pemerintah dan masyarakat desa pekraman yang ada disana. Menurut informasi yang beredar di berbagai media sosial seperti Facebook dan Instagram masyarakat sekitar dituduh melakukan pungutan liar terhadap pemedek yang berkunjung kesana. Pemkab Gianyar sebelumnya memang sudah ada perjanjian tentang pemungutan tiket masuk seharga pengunjung, yang mana hasilnya akan dibagi dua dengan perhitungan 60% untuk pemerintah dan desa memperoleh 40%. Pemungutan tiket resmi ini dilakukan mulai pukul – WITA. Namun mulai pukul – WITA. Desa Pekraman kembali menjual tiket yang berlogokan Desa Pekraman Manukaya. Tetapi hasil penjualan tiket pada pukul – WITA tersebut sepenuhnya masuk ke dalam uang kas Desa Pekraman Manukaya. Hal inilah yang dianggap sebagai pungli oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat Desa Manukaya maka pengutan ini tidak dianggap sebagai pungutan liar, karena uang yang masuk nantinya juga akan digunakan untuk pengembangan Pura Tirta Empul itu sendiri. Dengan adanya permasalahan ini, permungutan karcis terhadap kendaraan yang masuk juga ditiadakan. Masalah pungli yang terjadi di Pura Tirta Empul masih dalam proses penyelesaian. Begitulah penjelasan singkat mengenai Pura Tirta Empul mulai dari sejarah, lokasi, proses penglukatan hingga permasalahan yang terjadi dan berkaitan dengan Pura Tirta Empul tersebut. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan terima kasih. Referensi Sri Yulianti & Sutriani
- Ingin mencoba melukat di Pura Tirta Empul Bali? Melukat merupakan proses pembersihan diri atau penyucian diri bagi Umat Hindu Bali, namun kini beberapa wisatawan juga mulai mengikuti dan melaksanakan prosesi melukat. Baca juga Harga Tiket Pesawat ke Bali Naik Dua Kali Lipat, Kunjungan Wisman Menurun Destinasi Wisata Bali, Situasi Hari Banyupinaruh di Pura Tirta Empul, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali,Minggu 31 Januari 2021 Tribun Bali/Wayan Eri Gunarta Baca juga Keliling Bali Tanpa Ribet, Cek 7 Tempat Sewa Motor di Kuta dengan Tarif Mulai Rp 50 Ribuan Buat kamu yang tertarik melukat, kamu bisa mengunjungi Pura Tirta Empul. Pura Tirta Empul berlokasi di Jalan Tirta, Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura Tirta Empul yang disucikan, kini menjadi satu objek wisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Baca juga Kelakuan Buruk Turis Asing di Bali, Keluarkan Separuh Tubuh dari Mobil yang Melaju Kencang Baca juga Pilihan Tempat Sewa Motor di Badung Bali yang Murah dan Berkualitas, Tarif Mulai Rp 50 Ribu per Hari Untuk diketahui Pura Tirta Empul berjarak 32 kilometer dari Pusat Kota Denpasar. Selanjutnya, bagi kamu yang baru pertama kali akan melaksanakan prosesi melukat, berikut tata cara dan peraturan di Pura Tirta Empul. Peraturan Melukat di Pura Tirta Empul Berpakaian adat Bali atau memakai selendang Tidak diperkenankan memakai celana pendek Tidak diperkenankan memakai sabun, shampoo dan sejenisnya saat mandi di kolam Tersedia loker bagi wisatawan yang ingin menitipkan barang bawaannya Tidak diperbolehkan membawa kamera ke kolam suci saat mengikuti prosesi melukat Bagi wanita yang sedang datang bulan, tidak diperbolehkan untuk mengikuti prosesi melukat Pengunjung harus berpakaian yang sopan dan wajib mengganti dengan kain khas Bali saat akan melukat. Menjaga sikap menghargai budaya lokal. Seperti mengikuti prosesi dengan memakai sajen, dan lain-lain. Ada larangan tertentu di beberapa tempat yang biasanya sudah tertulis di papan pengumuman. Salah satu contohnya, tidak boleh memakai tas atau ikat pinggang dari kulit sapi. Peraturan khusus ini sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu oleh pengunjung. Tidak boleh berbicara sembarangan, seperti mengumpat, mencaci maki, atau berkata kotor selama melakukan prosesi wisata spiritual. Suasana melukat di Pura Tirta Empul Tampaksiring, Gianyar, Bali Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa Baca juga Tindak Tegas Polusi Suara di Canggu Bali, Sandiaga Uno Ajak Wisatawan Saling Menghargai Kemudian untuk tata cara melukat di Pura Tirta Empul memiliki beberapa variasi proses Melukat. Terlebih ada yang mungkin sedikit berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Pada umumnya, wisatawan yang mengikuti prosesi melukat akan diminta untuk datang ke suatu tempat. Prosesi ini bisa juga dilakukan di suatu lahan tanah yang menghadap ke sungai atau mata air, jadi tidak hanya di pura. Khususnya bagi umat Hindu, mereka bisa membawa sajen untuk dihaturkan saat sembahyang sebelum mulai Melukat. Setelah sembahyang, tribunners bisa berganti pakaian sebelum melakukan pembersihan diri.
Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Tempat ini terletak kurang-lebih 40 km ke arah timur laut dari kota Tampaksiring dapat dikatakan kawasan yang memiliki nilai historis. Selain terdapat Pura Tirta Empul dan permandiannya, juga bekas Istana Presiden RI Pertama, serta Pura Gunung nama Tampaksiring berasal dari bahasa Bali kata tampak yang berarti “telapak” dan siring yang bermakna “miring”. Makna dari kedua kata itu konon terkait dengan sepotong legenda yang tersurat dan tersirat pada sebuah daun lontar, yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari bekas jejak telapak kaki seorang raja bernama Mayadenawa. Mitologi Pura Tirta Empul Pada zaman dahulu kala, tersebutlah seorang raja yang gagah perkasa dan tak tertandingi di daerah bali. Raja ini bernama Mayadanawa seorang raja di bali berketuruanan Daitya raksasa anak dari seorang Dewi Danu Batur. Raja ini terkenal dengan kesaktiannya yang sangat luar biasa, ia mampu merubah dirinya menjadi bentuk apapun yang ia kehendaki seperti menjadi kambing, ayam, pohon, batu dan yang lainnya. Dengan kesaktiannya tersebut, ia mampu menaklukan daerah-daerah seperti daerah makasar, sumbawa, bugis, lombok dan blambangan. Karena kesaktian dan tahta yang ia dapatkan, Mayadanawa menjadi sangat angkuh dan sombong. Bahkan ia melarang penduduk-penduduk di bali untuk menyembah tuhan dengan segala manifestasinya, karena ia merasa tak ada yang paling kuat selain dirinya maka ia menyuruh para penduduk untuk menyembah dirinya saja. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring. Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik Racun yang mengakibatkan banyaknya para pasukan Bhatara Indra yang jaruh sakit akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah Tirta Empul dan air Suci ini dipakai memerciki para pasukan Bhatara Indra sehingga tidak beberapa lama bisa sembuh lagi seperti sedia kala. Pengejaran Mayadanawa pun dilanjutkan. Mengetahui hal itu, Mayadanawa sempat ingin bersembunyi dengan merubah dirinya menjadi bermacam-macam bentuk namun Bhatara Indra tetap mengetahuinya. Pada akhirnya, Mayadanawa merubah dirinya menjadi Batu Paras, diketahuiah oleh Bhatara Indra kemudian dipanah batu paras tersebut dan pada akhirnya Raja Mayadanawa menemui ajalnya. Kematian Mayadanawa itu kemudian di peringati oleh masyarakat hindu di Bali sebagai peringatan Hari Raya Galungan, yang mengandung makna “Kemenangan Dharma melawan Adharma“. Sejarah Dibangunnya Pura Tirta Empul Pura Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli berkuasa dan memerintah di Bali. Hal ini dapat diketahui dari bunyi lontar Usana Bali. Isi dari lontar itu disebutkan artinya sebagai berikut “Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua, dipimpin oleh Baginda Raja Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa gembira, semua rakyat sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan bangunan lainnya, seperti dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring”. Sedangkan Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari adanya sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya yang memuat tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapat tahun Icaka 884, sekitar Oktober tahun 962 Masehi. Dalam Prasasti Sading ada disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di Bali mulai tahun Saka 1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77 tahun. Berarti Permandian Tirtal Empul dibangun lebih dulu kemudian Puranya. Ada perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan permandian Tirta Empul dengan pembangunan puranya. Tata Cara Untuk Melukat Berikut adalah Tahapan-tahapan dalam melukat di Tirta Empul yang merupakan saduran dari I Nyoman Sarna, SE I. Tahap Pertama 1. Persiapkan pakaian yang sesuai untuk melukat 2. Haturkan pakeling/pejati ditempat yang telah disediakan dan canang sari disetiap pancuran yang akan dimohon berkahnya. Duduk sejenak, sampaikan permohonon dan tujuan melukat. 3. Untuk tahap pertama lakukan pengelukatan pada Tirtha Gering selama tiga kali berturut-turut pada hari yang berbeda 4. Pada setiap pancoran dilakukan dengan cara cuci muka tiga kali, berkumur tiga kali, minum sekali selanjutnya melukat selama tiga kali hitungan umur dengan cakupkan tangan didada sambil memanjatkan doa. Akhiri dengan puji syukur matur suksme II. Tahap Kedua Bila putaran pada tahap pertama sudah selesai, maka barulah dilakukan putaran tahap kedua dengan langkah-langkah sama seperti diatas dan diawali dari 1. Tirtha Gering, Tirtha Leteh, Tirtha Penyakit Berat, Tirtha Pelebur Kutukan, Tirtha Pelebur Cor, Tirtha Sudamala, Tirtha Merta, Selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan; 2. Tirtha Penyakit Kulit, Tirtha Ketenangan Jiwa, Tirtha Rematik, Tirtha Gigi, Tirtha Sakit Tulang, Tirtha Asmara, Tirtha Ketenangan Emosi, Tirtha Penyakit Pernafasan, Tirtha Rambut. II. Tahap Ketiga Matur Suksme pada Beliau yang ber-Sthana di Pura Luhur Tirtha Empul, atas segala berkah dan kesembuhan yang telah diberikan. Di Tirta Empul sebenarnya ada 33 Pancoran akan tetapi pernah terjadi gempa besar saat ini yang masih berfungsi 22 buah pancuran, terbagai menjadi 3 kelompok 1. Tirtha Pembersihan 14 pancuran Tirtha Bepergian Jauh, auranya-putih ; energi ; rasa aman Tirtha Penyakit Kulit, auranya–merah kekuningan ; energi-belerang Tirtha Ketenangan Jiwa, auranya-bening ; energi-dingin seperti salju, baik untuk mengatasi stres, gangguan ingatan. Tirtha Rematik, auranya-merah terang ; energi-hangat, baik untuk rematik, asam urat, kekakuan otor, alergi Tirtha Gigi, auranya-pancawarna ; energi-ngilu, baik untuk sakit gigi, tirtha untuk potong gigi, gangguan ilmu hitam Tirtha Sakit Tulang, auranya-lembayung ; energi-hangat dalam tulang, baik untuk gangguan pada tulang, pertumbuhan tulang Tirtha Asmara, auranya-merah muda ; energi-kebahagiaan, baik untuk meningkatkan rasa cinta kasih dalam keluarga, perjodohan Tirtha Ketenangan Emosi, auranya-bening ; energi-dingin menyengat, baik untuk meredam amarah/emosi. Tirtha Penyakit Saluran Nafas, auranya-biru kehijauan ; energi segar, baik untuk batuk, pilek, amandel, asma. Tirtha Rambut, auranya-putih kekuningan ; energi-rasa tebal dikepala, baik untuk menyubutkan rambut, kerontokan, gatal-gatal dikepala. Tirtha Pengentas I, auranya-putih kekuningan, bagi jasadnya masih ada Tirtha Pengentas II, auranta-putih, bagi jasadnya sudah tidak ada Tirtha Merta, auranya-kuning emas ; energi-menyejukan, baik untuk melapangkan rejeki, kesuburan tanah pertanian, karier, kharisma, kesucian tempat usaha Tirtha Sudamala, auranya-putih cemerlang ; energi-manis madu, baik untuk menyucikan jasmani/rohani, memperkuat kundalini, memperlancar sistem pembuluh darah, autis, ngompol, meningkatkan spiritual. 2. Tirtha Pelebur Kutukan dan Sumpah 2 pancuran Tirtha Pelebur Kutukan, auranya-kuning kebiruan ; energi-sejuk dikepala Tirtha Pelebur Sumpah/Cor, auranya-kuning keputihan ; energi-idem 3. Tirtha Penyakit Berat dan Tirtha Upakara 6 pancuran Tirtha Gering, auranya-panca warna ; energi-merinding/ketakutan, baik untuk melebur kekotoran dalam diri, penetralitas energi negatif, menghilangkan sifar angkara murka, membersihkan aura luar dan dalam, memperoleh keturunan, penyembuhan penyakit berat spt. kanker, infeksi Tirtha Leteh, energi-kulit terasa mengelupas, baik untuk peleburan leteh/sebel/cuntaka, mempercepat penyembuhan penyakit, meningkatkan kesucian. Tirtha Penyakit Berat auranya-merah menyala ; energi-dada terasa begetar Tirtha Pengulapan, auranya-kuning kemerahan Tirtha Pengenteg Beras auranya-kuning keputihan Tirtha Kesejahteraan Keluarga auranya-putih Dan waktu yang paling bagus untuk melukat ialah ketika pergantian dari malam ke pagi yaitu 2359 atau jam 12 malam. Dan dihimbau hendaknya sebelum melukat harus dalam keadaan bersih yaitu sudah mandi terlebih dahulu dirumah dan sempatkan sembahyang di Sanggah/Merajan untuk memohon restu kepada Ida Bhatara Hyang Guru agar tujuan dari kita melukat terwujud. Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat mohon dikoreksi bersama. Suksma… sumber
GIANYAR – Pura Tirta Empul adalah tempat suci bagi umat Hindu sekaligus tempat pertirtan yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali. Pura yang disucikan ini juga menjadi salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Tirta Empul berjarak 32 kilometer dari Kota Denpasar yang dapat ditempuh dengan lama perjalanan selama satu jam. Bisa juga ditempuh selama 30 menit jika dari Ubud. Sebelum melukat di Pura Tirta Empul, simak terlebih dahulu peraturan untuk pengunjung. • Siang Hari Jelang Pergantian Tahun, Tirta Empul Masih Didominasi Wisatawan Mancanegara Berikut 10 peraturan yang Tribun Bali rangkumkan. 1. Pengunjung harus berpakaian adat atau memakai selendang kuning. 2. Tidak boleh memakai celana pendek 3. Rambut tidak boleh terurai. 4. Mandi di sini tidak boleh memakai sabun, tapal gigi, shampoo, dan sejenis lainnya. 5. Bagi para wanita pada saat melekat harus memakai baju. 6. Tidak boleh mencuci segala jenis pakaian. 7. Loker tersedia untuk penitipan barang berharga dan sarung untuk ritual tidak diperkenankan untuk membasahi sarung dari kantor depan. 8. Jangan tinggalkan apapun dan mengganti pakaian di area ritual.
tata cara melukat di tirta empul